Dua orang pria sedang berdiskusi (Image by Freepik) |
Pernahkah Anda menonton anime dan drama yang menggambarkan bagaimana budaya dan fenomena kerja di Jepang? Bagaimana kesan Anda terhadap anime atau drama tersebut? Budaya dan fenomena kerja di Jepang tentu berbeda dengan budaya dan fenomena kerja di Indonesia. Selain itu, bekerja di Jepang memiliki ciri khas dan masalah tersendiri. Berikut ini adalah pembahasan mengenai bagaimana budaya dan fenomena kerja orang Jepang.
Budaya Kerja Orang Jepang
Salah satu budaya kerja orang Jepang adalah tuntunan untuk menghargai pekerjaan Anda. Di Jepang, terdapat banyak perusahaan yang pekerjanya dipuji karena memprioritaskan pekerjaan daripada kehidupan pribadinya. Selain itu, banyak pekerja yang memprioritaskan pekerjaannya bahkan ketika acara keluarga dan sebagainya jika ada pekerjaan yang wajib dilakukan.
Baca juga: Alasan Orang Jepang Tidak Mengungkapkan Wajah Mereka di Sosial Media
Jepang masih memiliki budaya kerja lembur. Meskipun batas atas lembur telah ditetapkan sebesar 45 jam per bulan dan 360 jam per tahun, budaya lembur masih tetap ada. Latar belakang budaya kerja lembur adalah upah rendah dan efisiensi kerja yang buruk. Efiensi kerja yang buruk dapat berupa banyaknya pertemuan yang boros dan dokumen berbasis kertas.
Setelah itu, ketatnya pemahaman terhadap waktu berlaku dalam budaya kerja orang Jepang. Jika Anda terlambat beberapa detik saja, Anda akan dianggap terlambat dan kehilangan kepercayaan dari orang-orang di sekitar Anda. Betapapun berbakatnya Anda, jika Anda tidak tepat waktu, Anda akan dinilai sebagai orang yang tidak bisa melakukan tugasnya.
Budaya kerja Jepang sering digambarkan memiliki mentalitas pengrajin. Selain itu, orang Jepang memiliki sikap teguh dan tak tergoyahkan yang melakukan pekerjaannya dengan serius dan tekun. Orang Jepang berlatih keras untuk meningkatkan keterampilan mereka.
Jepang dicirikan dengan budaya berbasis senioritas. Meskipun pekerja baru yang berbakat bergabung dengan perusahaan, sering kali kemampuan mereka tidak dievaluasi dan gaji mereka tidak dinaikkan. Selain itu, pekerja baru tidak akan mampu menduduki jabatan tetap yang diduduki oleh senior. Secara umum, semakin lama Anda bekerja di suatu perusahaan, semakin tinggi manfaat pensiun Anda.
Fenomena Kerja Orang Jepang
Salah satu ciri khas gaya kerja orang Jepang adalah sistem pekerjaan seumur hidup. Sistem pekerjaan seumur hidup dirancang sebagai bentuk kontrak kerja yang stabil untuk mempertahankan orang-orang berbakat. Selain itu, banyak sekali orang yang ingin bekerja di perusahaan besar dengan kinerja stabil sehingga bisa dikatakan terdapat permintaan yang kuat untuk pekerjaan seumur hidup di Jepang.
Seiring berjalannya waktu, terdapat peningkatan terhadap jumlah orang yang ingin berganti pekerjaan untuk memajukan kariernya. Perekonomian Jepang yang stagnan bahkan menurun membuat banyak perusahaan mengalami kesulitan dalam mempertahankan sistem pekerjaan seumur hidup. Kemajuan teknologi dan munculnya sistem berbasis kinerja juga membuat perusahaan yang mengadopsi sistem pekerjaan seumur hidup semakin berkurang.
Salah satu fenomena kerja orang Jepang lainnya yaitu jam kerja yang panjang termasuk lembur yang tidak dibayar. Lembur yang tidak dibayar dianggap sebagai kebiasaan buruk di lingkungan kerja Jepang. Hal ini dikarenakan Undang-Undang Standar Ketenagakerjaan Jepang melarang pekerja bekerja melebihi jam kerja resmi yaitu 8 jam per hari, 40 jam per minggu.
Kerja lembur yang melebihi jam kerja resmi harus dibayar dengan upah ekstra sehingga lembur yang tidak dibayar merupakan pelanggaran terhadap Undang-Undang Standar Ketenagakerjaan. Namun, hal ini dianggap lumrah, terutama di tempat kerja yang kekurangan tenaga kerja.
Setelah itu, lingkungan kerja yang membuat pekerja sulit untuk mengambil liburan juga menjadi fenomena kerja orang Jepang. Di Jepang, pekerja diberikan cuti berbayar berdasarkan Undang-Undang Standar Ketenagakerjaan. Namun kenyataannya, sebagian besar pekerja tidak dapat menggunakan hari libur berbayarnya. Banyak pekerja tidak mengambil cuti berbayar karena merasa mengambil cuti akan menimbulkan masalah bagi orang-orang di sekitarnya.
Sudah menjadi hal biasa untuk merekrut lulusan baru dalam jumlah besar di Jepang. Banyak pekerja baru yang bergabung dengan perusahaan pada waktu yang bersamaan, dan selama beberapa bulan setelah bergabung dengan perusahaan, mereka akan menjalani pelatihan yang cermat untuk mengembangkannya menjadi kekuatan perusahaan.
Perekrutan lulusan baru dalam jumlah besar di Jepang terkonsentrasi pada bulan April. Perekrutan lulusan baru dalam jumlah besar telah dipertahankan sejak lama karena hal ini sangat sesuai dengan sistem seperti pekerjaan seumur hidup.
Aspek Positif dan Negatif Budaya Kerja Jepang
Beberapa aspek positif budaya kerja Jepang yaitu adanya sistem mengenai pekerja, banyak orang menganggap serius pekerjaannya, berkolaborasi dengan orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan, dapat belajar banyak sambil bekerja, dan sopan. Undang-Undang Standar Ketenagakerjaan menetapkan jam kerja yang diperbolehkan untuk mencegah mereka bekerja berlebihan dan menetapkan upah minimum untuk melindungi pekerja dari pengaturan gaji yang tidak adil.
Banyak orang Jepang yang dengan setia dan ikhlas menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Selain itu, banyak orang Jepang yang mungkin memahami pentingnya kerja tim dan komunikasi dalam pekerjaan mereka, karena mereka sering kali diminta untuk bekerja sama dengan orang lain. Jika Anda memiliki senior terampil, Anda akan dapat belajar banyak tentang pekerjaan, komunikasi, dan etika. Hal ini dikarenakan banyak perusahaan yang sangat ketat dalam hal etiket di Jepang.
Beberapa aspek negatif budaya kerja Jepang yaitu kurangnya rasa kecepatan, tidak menyukai perubahan, seringkali tidak dinyatakan dengan jelas, setiap proses membutuhkan waktu, dan adanya tekanan teman sebaya. Tidak jarang perusahaan memerlukan izin dari atasannya untuk melakukan sesuatu. Kurangnya rasa kecepatan menjadi salah satu alasan mengapa setiap proses membutuhkan banyak waktu. Selain itu, hanya sedikit orang yang menyukai perubahan.
Jepang memiliki aturan dan tata krama dalam bekerja yang seringkali tidak dinyatakan dengan jelas sehingga orang yang tidak terbiasa mungkin akan merasa sedikit bingung. Ketika orang Jepang berkumpul, sering kali ada perasaan tekanan dari teman sebaya. Hal ini karena orang Jepang merasa harus melakukan suatu hal karena semua orang juga melakukan hal itu bahkan meskipun tidak diatur dalam peraturan perusahaan.
Referensi: NEC Solution Innovators, 101s.co.jp, Goandup Picks for Expats
No comments