Seorang pria memegang ponsel (Image by Freepik) |
Apakah Anda pernah mengirim pesan namun hanya ditandai sebagai dibaca oleh lawan bicara? Jika pernah mengalaminya, apa yang Anda rasakan? Beberapa orang mungkin merasa sakit hati dan cemas. Terlebih lagi jika lawan bicaramu adalah orang yang Anda suka. Diabaikan sebagai telah dibaca oleh orang yang disuka bisa jadi hal yang menyebalkan.
Kegiatan berkirim pesan dilakukan banyak orang sebagai bagian dalam menjalin kedekatan. Tidak hanya orang Indonesia, rupanya orang Jepang juga melakukan hal yang sama sehingga ada kalanya pesan yang dikirim diabaikan sebagai telah dibaca. Meski begitu, ternyata mengabaikan pesan sebagai telah dibaca tidak selalu berkaitan dengan berkurangnya cinta.
Baca juga: Cari Tahu Bagaimana Kepribadian Pria Jepang dan Wanita Jepang
Matching App Daigaku yang dioperasikan oleh Next level Inc. melakukan survei mengenai mengabaikan sebagai dibaca terhadap 256 pria dan wanita lajang berusia antara 20 dan 39 tahun. Jika lawan bicaramu adalah orang Jepang, berikut ini akan dibahas mengapa orang Jepang membaca dan mengabaikan pesan yang dikirim melalui media sosial. Media sosial yang biasa digunakan oleh orang Jepang seperti LINE dan sebagainya.
Apa itu mengabaikan pesan sebagai telah dibaca? Mayoritas penjawab sekitar 19,5% menjawab "meskipun sudah ditandai sebagai telah dibaca, saya belum menerima balasan selama lebih dari satu hari". Selain itu, sekitar 14,5% penjawab menjawab "saya belum menerima balasan atas pertanyaan saya selama lebih dari sehari meskipun sudah ditandai sebagai telah dibaca".
Baca juga: Pasukan Avataro Sentai Donburis Muncul! Siapakah Mereka!?
Dengan demikian, orang Jepang berpendapat bahwa pesan diabaikan sebagai telah dibaca jika pesan tersebut telah ditandai sebagai telah dibaca namun tidak ada balasan setelah sehari. Sekitar 44,9% penjawab pernah mengabaikan pesan sebagai telah dibaca berkali-kali dan hanya 4,7% penjawab yang tidak akan pernah mengabaikan pesan sebagai telah dibaca.
Sekitar 47,7% penjawab mengabaikan pesan sebagai telah dibaca ketika "Saya tidak tahu harus menjawab apa". Jawaban lain yang banyak dipilih yaitu "Merepotkan untuk membalasnya" (46,1%), "Situasi ketika saya tidak bisa membalas'' (38,3%), "Kontennya sepele" (34,8%), dan "Saya lupa membalas" (32,4%). Sementara itu, hanya sedikit penjawab yang memilih "Konten yang tidak ingin saya tanggapi'' (18,8%) dan "Orang yang tidak ingin saya ajak bicara'' (18,8%). Oleh karena itu, sedikit kemungkinkan bahwa mereka tidak ingin menanggapi atau bicara dengan lawan bicara.
Baca juga: Hal-Hal yang Menjadikan Seorang Pemimpin Dapat Dipercaya
Jawaban teratas konten pesan yang ingin diabaikan orang Jepang sebagai telah dibaca yaitu "undangan berulang-ulang" (56,3%), "Stiker saja" (54,3%), dan "Gerutu dan ketidakpuasan, keluhan, ejekan, dan sebagainya'' (44,5%). Mengenai lawan bicara yang pernah diabaikan pesannya sebagai telah dibaca, jawaban teratas untuk pria adalah teman sesama jenis (67,6%), teman lawan jenis (39,6%), dan kenalan (36,0%) dan jawaban teratas untuk wanita adalah teman sesama jenis (62,8%), teman lawan jenis (59,3%), dan ibu (39,3%).
Dengan demikian, wanita cenderung mengabaikan pesan sebagai telah dibaca dari teman lawan jenis dibandingkan pria. Selain itu, terdapat kecenderungan wanita (9,0%) mengabaikan pesan sebagai telah dibaca dari lawan bicara yang membuatnya tertarik dibandingkan pria (3,6%). Sementara itu, pria (45,9%) dan wanita (43,4%) tampaknya biasa mengabaikan pesan sebagai telah dibaca dari lawan bicara yang memiliki hubungan dekat.
Mengenai sebelum dan setelah berkencan, 37,1% penjawab menjawab "Saya tidak mengabaikan sebagai telah dibaca baik sebelum maupun sesudah berkencan'' dan 32,9% penjawab menjawab "Saya mengabaikan sebagai telah dibaca sebelum dan sesudah berkencan". Selain itu, 35,8% penjawab menjawab “Saya mengabaikan sebagai telah dibaca sebelum berkencan” dan 64,2% penjawab menjawab “Saya mengabaikan sebagai telah dibaca setelah berkencan”. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan mengabaikan sebagai telah dibaca meningkat setelah berkencan.
Apakah ada hubungan antara mengabaikan sebagai telah dibaca dan kasih sayang? 60% pria dan 63,4% wanita menjawab "Karena ada kasih sayang, jadi tidak masalah meski mengabaikan sebagai telah dibaca." Selain itu, 24,0% pria dan 26,8% wanita menjawab "ada bagian terjebak dalam kebiasaan." Hal ini menunjukkan bahwa orang Jepang merasa tidak masalah mengabaikan sebagai telah dibaca karena sayang, namun ada kalanya mereka merasa terjebak dalam kebiasaan sehingga mengabaikan sebagai telah dibaca.
Sekitar 49,6% penjawab kadang-kadang pesannya diabaikan sebagai telah dibaca dan 35,5% penjawab pernah beberapa kali pesannya diabaikan sebagai telah dibaca. Kebanyakan pesan diabaikan sebagai telah dibaca oleh teman sesama jenis (67,3%) dan lawan jenis (42,4%). Sekitar 33,9% penjawab pesannya diabaikan sebagai telah dibaca oleh kekasih atau pasangan kencan dan sekitar 19,2% penjawab pesannya diabaikan sebagai telah dibaca oleh lawan bicara yang membuatnya tertarik. Dengan demikian, besar kemungkinkan pesan diabaikan sebagai telah dibaca oleh teman dibandingkan oleh kekasih atau pasangan kencan dan lawan bicara yang membuatnya tertarik.
Mengenai perasaan ketika pesannya diabaikan sebagai telah dibaca, sekitar 34,0% pria dan 49,3% wanita menjawab "Tidak dapat berkata tentang orang karena diri sendiri juga melakukan". Selain itu, lebih banyak wanita menjawab "Saya menjadi cemas karena tidak dijawab" (31,7%), "Saya khawatir apakah ia dalam kondisi tidak dapat menjawab" (27,5%), "Saya merasa diperlakukan tidak pantas" (20,4%), dan "Saya merasa marah" (13,4%) dibandingkan dengan pria. Dengan demikian, wanita cenderung lebih khawatir dan marah jika pesannya diabaikan sebagai telah dibaca.
Demikian pembahasan mengenai mengapa orang Jepang mengabaikan pesan sebagai telah dibaca. Penting untuk mengetahui kepribadian pria Jepang dan wanita Jepang serta solusi ketika pesannya diabaikan sebagai telah dibaca oleh orang Jepang. Dengan demikian, Anda bisa terhindar dari perasaan khawatir dan cemas yang tidak diperlukan.
Sumber: PR TIMES
No comments